Rabu, 16 Juli 2014

ENTJIK MUHAMMAD NUNGTJIK, LEGENDA HIDUP ORANG BANJAR DI TULUNG AGUNG

Entjik Muhammad Nungtjik bin Entjik Muhammad Abdul Kadir, Urang Banjar yang lahir dan besar di Kampung Ampel-Surabaya.


Sabtu, 5 Juli 2014 - Jl. Nyamplungan, Kawasan Ampel-Surabaya

Pukul 14.17 WIB.
Pada mulanya saya tidak terlalu peduli dengan sosok lelaki berperawakan kurus dan bertubuh kecil yang dikepalanya bertengger peci hitam yang agak sedikit kusam itu. Roman wajahnya -menurut saya waktu itu- agak "mambari maras". Ditambah lagi ketika dia berbicara dengan "seorang rekannya" menggunakan bahasa masyarakat setempat yang sangat kental logat Jawa Timur-nya, yaitu seorang lelaki yang lebih muda dan berkulit agak bersih (baru kemudian saya ketahui, kedua sosok lelaki ini mempunyai kaitan kekeluargaan yang sangat dekat ternyata, mertua dengan menantu) makin menambah ketidak-pedulian saya terhadap mereka. Apatah lagi, beberapa 'masalah perniagaan' sedang harus saya atasi saat itu.

Pukul 15.48 WIB.
Saat rehat di ruang depan, di lantai 2 sebuah rumah penginapan di kawasan Ampel (Jl. Nyamplungan) pada awal Ramadhan 1435 Hijriyah, saya disapa seorang lelaki muda berkulit bersih dengan bahasa yang tak asing, dan sangat akrab di indera pendengaran saya, bahasa Banjar. Lelaki itu menyapa saya sambil terus saja melangkahkan kakinya menuruni anak tangga yang menuju lantai dasar penginapan yang letaknya tidak seberapa jauh dari kawasan Masjid Ampel-Surabaya.

Didepannya -lebih dahulu bergegas menuruni anak tangga- berjalan seorang lelaki berperawakan agak kecil, berpeci hitam dan memakai baju takwa putih lengan pendek. Mereka terus saja berjalan sambil sesekali berceloteh dalam bahasa Jawa yang sangat kental. Peristiwa di atas selanjutnya tidak terlalu saya perdulikan, dan saya anggap kejadian biasa-biasa saja.

Pukul 17.10 WIB
Sampai pada suatu kejadian ketika saya berada di atas balkon penginapan yang letaknya persis berseberangan --hanya dibatasi oleh anak sungai kecil, cabang dari (Sungai) Kalimas-- dengan Hotel Kalimantan dan Hotel Gadjahmada di Jalan Pegirian. Saya berdiri cukup lama   ....................................


bersambung .....................................................

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Top WordPress Themes